Judul : Chindia
Penulis : Pete Engardio
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer, 2008
Tebal : 446 hlm
Keseimbangan kekuatan akan bergeser ke timur, saat China dan India berevolusi.
MAJALAH Business Week edisi terbaru membahas Jalan Sutera abad 21. China dan India-lah yang dimaksud. Diramalkan, dua negara itu akan menguasai perdagangan seperti halnya pada abad 25-21 SM. Diprediksi, China dan India akan mengambil alih kekuasaan yang selama ini dimonopoli Barat.
Dua negara itu dibahas Pete Engardio, penulis buku Chindia yang juga merupakan penulis senior di majalah Business Week.
Istilah Chindia (China dan India) dikutip Engardio dari pernyataan politikus India, Jairam Ramesh. Kemampuan, kelemahan, metode kebangkitan, budaya, politik, manajemen, dan banyak sisi lain yang ada di dua negara dibahas di buku ini.
Macan atau naga?
Siapa yang lebih kuat, macan (India) atau naga (China)? Lewat buku ini, Endargio mengupas satu demi satu kekuatan dan kelemahan Chindia. Pelaku ekonomi dan industri Barat kerap menyebut China dan India dengan istilah ‘kekacauan dari Timur’.
China dituliskan unggul di banyak bidang yang berkaitan dengan manufaktur massal. Namun, India unggul dalam industri canggih dan peranti lunak yang sampai sekarang terus tumbuh mengesankan. Di bidang inovasi, China kalah dengan India. Negara itu masih berkutat pada pencurian intelektual. Di India, kesuksesan bisnis sepenuhnya mengenai belajar mengelola dengan adanya keterbatasan dan hambatan fisik.
Endargio menjabarkan keduanya sama-sama berhasil meluluskan setengah juta insinyur dan ilmuwan setiap tahun. Bandingkan dengan AS yang hanya menghasilkan 70 ribu insinyur dan ilmuwan per tahunnya.
Faktanya, kedua negara itu memang tumbuh mencengangkan. Selama dua dekade ekonomi China tumbuh 9,5% per tahun, sedangkan India 6% per tahun. Dengan potensi penduduk usia muda dan tabungan besar, Chindia memiliki dasar untuk terus tumbuh.
Bila kedua negara berhasil mencegah terjadinya bencana akibat berbagai hambatan dan salah urus, tulis Endargio, tiga dekade ke depan India bisa menyaingi Jerman sebagai perekonomian terbesar ketiga di dunia. Pada pertengahan abad, China bisa mengambil alih AS sebagai nomor 1. Setelah itu, China dan India merupakan setengah dari apa yang dihasilkan dunia (hlm 20).
Bahkan proyeksi perusahaan konsultasi Keystone-India yang dilansir kelompok puncak Ernst & Young menyebutkan ada kemungkinan India dalam jangka panjang akan melampaui China. Proyeksi itu didasarkan pada gambaran kependudukan, efisiensi modal, pertumbuhan investasi, pertumbuhan wirausahawan baru (pengusaha India mulai memasuki daftar orang-orang terkaya di dunia), dan produktivitas yang lebih tinggi.
Jika India dapat menumbuhkan kepesatan ekonomi, tak mustahil akan jadi negara pertama yang menggunakan kepandaiannya, bukan sumber daya alam atau otot telanjang para buruh (hlm 60).
Tapi tentu tak mudah. Apalagi sang naga mulai menyadari kelemahannya. Belakangan sektor perbankan mulai dibenahi dan para pengusaha mulai menyadari pentingnya memperbaiki brand. Dalam buku ini, diberikan contoh, gambaran, dan banyak data yang menunjang.
Kebangkitan perempuan
Kebangkitan Chindia tak semata pada masalah serbuan ke luar, tetapi juga besarnya pasar yang bisa digarap di kedua negara tersebut.
Engardio memaparkan contoh pemasaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar. Momentumnya antara lain mengambil kebangkitan perempuan India. Mereka disebut sebagai konsumen masa depan.
Hasil survei yang dilakukan Grey Global Group (hlm 186) menyebutkan 51% perempuan di kota besar menginginkan rumah dan mobil sendiri. Selain itu, 67% perempuan menolak tradisi lama yang mengharuskan perempuan ikut suami dan merawat mertua, tidak boleh orang tua sendiri. Mereka justru berencana merawat orang tua sendiri dan itu berarti membutuhkan uang.
Perubahan itu dimanfaatkan Unilever untuk membuat iklan produk kecantikan Fair & Lovely. Digambarkan seorang perempuan pulang dan melihat orang tuanya kehabisan gula untuk membuat kopi. Mereka tak sanggup membeli. Kemudian si gadis menjadi pramugari setelah menggunakan produk Fair & Lovely yang membantu membuatnya tampil cantik.
Ada juga iklan Whirpool yang menggambarkan suami muda membantu mencuci pakaian keluarga. Bagi pemasar, perubahan sosial di India itu menawarkan peluang baru untuk dieksploitasi (hlm 189).
Faktor X
Sebenarnya, banyak fakta dan data yang diungkap Engardio, sudah tidak asing lagi. Terutama tentang kebangkitan dan kesuksesan China yang sudah sering diperbincangkan dalam buku maupun artikel. Apalagi, dalam beberapa bahasan, ia mengambil data dan mengutip fakta yang sudah diungkap di Business Week.
Namun, komparasi penulisan dan sorotan masalah yang sama dari beberapa sudut pandang berbeda antara China dan India bisa memberi wawasan dan perspektif berbeda. Tentu selalu ada faktor x yang bisa mengacaukan teori dan prediksi. Siapa yang bisa tahu perubahan seperti apa yang akan dibawa dari krisis ekonomi yang terjadi dan masih akan berlanjut belakangan ini?
Lepas dari segala fakta dan prediksi, buku ini setidaknya bisa memberi gambaran luas tentang kekuatan dan kelemahan China dan India. Menambah wawasan pada masyarakat umum dan bisa melengkapi gambaran bagi siapa saja yang barangkali ingin bergabung atau bahkan ambil bagian dari ‘demam China dan India.’ (Lintang)
Sudah dimuat di Media Indonesia, 29 November 2008
hm apa ya menjadi keunggulan indonesia untuk bersaing dengan india dan cina?
jadi inget gus dur, poros indocina (indonesia, india dan cina) itu akan menjadi poros penentu dunia