AKHIRNYA…setelah berkutat dengan diri sendiri, keputusan pun diambil.
Bekerja di perusahaan besar sungguh membuat nyaman dan enggan beranjak. Hampir 21 tahun terlalui, nyaris separuh umur. Namun, dua tahun belakangan, kegelisahan sulit dibendung. Loyalitas bertempur dengan ketidak puasan, kemapanan menghasilkan rutinitas, goyahnya sistem menjadi sumbat kemacetan ide-ide. Semua itu dari hari ke hari kian memuncak.
Sampai suatu ketika, saya menyadari bahwa kesabaran untuk melalui proses kian menipis. Menyadari kian kesepian karena tidak memiliki sparing partner untuk berbagi ide dan pemikiran. Muncul pertanyaan, lingkungan yang berubah atau diri saya yang berubah? Atau saya sudah tak mampu lagi mengikuti zaman?
Di tengah kegelisahan dan ketidak puasan, saya memerlukan tantangan. Lahirlah Free magazine Destinasi Indonesia. Selesaikah persoalan? Sudah pasti tidak! Dalam pelaksanaannya penuh keringat dan ‘darah’. Belum lagi nurani yang terusik karena kaki berpijak di dua tempat. Dua kaki di tanah berbeda, membuat niat baik pun bisa ditangkap salah.
Pembenarannya, hidup tidak selamanya hitam dan putih. Ada daerah abu-abu yang mesti diperhitungkan. Seorang teman berkata: “Sudah yakin untuk move on? Kenapa tidak bertahan? Karena menurutku apa yang dikau lakukan lebih terhormat dibandingkan dengan teman-teman yang menjual halaman?”
Cukup menghibur. Namun persoalannya tidak sesederhana itu. Ini masalah nurani dan harga diri (aw aw sungguh gaya). Sampai suatu ketika seorang teman baik kembali dari ‘pengasingan’ dan ternyata keberadaannya justru kian mengusik. Tuhan yang maha besar pun memberi tanda dalam dua peristiwa kecil tapi menohok:
1. Hasil diskusi dengan seorang teman satu kantor namun beda divisi memunculkan satu kesepakatan. Hasilnya dibawa ke tingkat lebih tinggi dan muncul jawaban: “Yakin dengan ini? Nanti dia bawa kepentingan sendiri?” …..jegleeer….
2. Suatu malam ada perbincangan acara sertijab menteri yang akan dilaksanakan pagi hari. Seorang teman ingin ikut serta dan meminta untuk meminjam mobil kantor. Maka kendaraan favorit ojek dikesampingkan. Pagi hari, teman tersebut tidak bisa dihubungi, akhirnya saya pergi sendiri. Baru beberapa meter jalan, seorang sekertaris menelpon: “Mbak, mobil mau dipakai … (salah satu petinggi dan teman baik). Katanya ngapain sih pakai mobil segala?” ….naaah jeegleeer….(bisa dimaklumi karena sertijab bukan penugasan).
Dua peristiwa itu membuat saya berpikir panjang. Kegelisahan memuncak, hingga berujung pada kepasrahan dalam wujud doa (eheeem). Bagaimana pun, kecurigaan agak ‘menyakiti’ harga diri. Saya ingin bekerja dan berbicara setara. Maka, setelah serangkaian doa, saya kian yakin untuk move on. Memulai yang baru dengan lebih bersih dan terhormat.
Saya pun berbicara tentang keinginan untuk meninggalkan tempat yang sudah 21 tahun berperan mengasah kemampuan dan mendewasakan. Saya merasa kali ini saya menangkap tanda-tanda dengan benar.
Sedih? Terselip sedikit perasaan itu. Bagaimana pun kemampuan saya terasah karena bekerja di perusahaan tempat saya 21 tahun diberi kesempatan bereksplorasi. Sebagai balasan, 20 tahun saya bekerja dan mengabdi dengan sepenuh hati, hingga kemudian berurusan dengan kegelisahan dan pembuktian yang melahirkan Destinasi Indonesia.
Namun, beberapa tahun terakhir, saya telah berkembang menjadi jauh dan lebih realistis. Saat ini perasaan yang lebih mendominasi, barangkali bisa digambarkan dengan kata meluap-luap. Saya ingin segera menapaki tanah baru. Segera menyusuri jalan, rintangan, persoalan, dan tantangan baru. Perasaan itu seperti ketika saya berusia 35 tahun dan sangat menanti-nantikan usia 40 tahun. Saat berusaia 40 tahun ingin segera mencapai 45 tahun, dst
Semoga move on ini berjalan dengan baik, shake hand dengan hasil yang baik bagi semuanya.
Ke depan, perjuangan masih sangat panjang. Tapi saya lega, satu fase lagi terlalui. Waktu akan menghadirkan persoalan dan tantangan berbeda, tapi itulah hidup. Karena saya kian paham, saat persoalan dan perjuangan berhenti, di situlah kita selesai dengan raga. Saat itu mungkin kita sudah menjadi bagian dari percikan energi alam semesta.
Thank,s to God, dan terima kasih untuk semua yang sudah bersinggungan dalam pembelajaran dan pendewasaan di salah satu fase kehidupan ini.